bubles

Minggu, 27 Juli 2014

Mengunjungi kerabat di Hari Raya

Takbir berkumandang hari ini dari berbagai masjid. Kurang afdhol kalau tidak saling maaf-memaafkan, maka dari itu alangkah lebih baik kita saling mengunjungi kerabat ..
Lebih utama lagi jika seorang muslim mengunjungi orang tua, saudara dan kerabatnya. Ini akan membuahkan pahala yang lebih besar. Inilah yang dimaksudkan silaturahmi.

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,

تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)

Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah n0. 4211, shahih)

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)

Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahmi dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim)

Sumber: Rumaysho.com

Jangan lupa silaturahim yaa sahabat, silaturahimnya ngomongin yang bermanfaat. Jangan ngomongin orang, ghibah, namimah dan lain sebagainya ..
Semoga di hari nan fitrah ini, membuat kita lebih baik lagi ke depannya . Aamiin 

Nothing Special

Muka jerawatan,
Tak bergairah
Tak ada baju Lebaran
Tak ada sepatu baru..
Orang tua mudik ..
Hanya berdua dirumah bersama adik ..
Tetapi saya bukan anak kecil lagi yang merengek pada orangtuanya yang selalu minta baju dan sepatu baru disetiap tahunnya, yang selalu ingin ikut kemanapun orangtua pergi..
Kamu sudah dewasa..
Yang paling penting sekarang adalah IMAN ..
Bagi saya Hari Raya adalah Hari kemenangan ..
Dan tahun ini .. saya tidak merasakan apa itu kemenangan?
Karena yang saya rasa adalah hati yang keras, dan menurut saya , kemenangan disebut menang itu dalam hal iman. Apabila iman meningkat,maka saat itulah anda menang. Tetapi bagaimana kabar iman anda saat ini? Apakah meningkat? Atau malah sebaliknya?
Jujur saja, saya tidak merasakan nikmat  iman ditahun 1435 H ini.
Nothing Special tahun ini !!
Sungguh saya rasa merugi ..
Ampuni ya Allah ..

Kamis, 10 Juli 2014

Air Mata Tarawih


Bulan ramadhan adalah saat yang tepat untuk menjadi hari perenungan atas semua dosa-dosa yang telah kita lakukan ..
bahagialah mereka yang menyambut kedatangan bulan penuh berkah ini ..
Seperti biasanya di bulan Ramadhan ini hal yang ditunggu-tunggu Mita adalah shalat tarawih berjamaah bersama sanak saudara ..
setelah sampai di Masjid, tak lama kemudian azan Isya berkumandang .
Sebelum memulai sholat, panitianya menyampaikan asal-usul sang Imam ..
Imam kita hari ini adalah (sebut saja) Ustadz Sholeh ..
Beliau jauh-jauh dari daerah A ke daerah B demi untuk memenuhi undangan untuk menjadi Imam malam ini di masjid Taqwa..

Setelah azan, Kemudian shalat Isya berjamaah terlebih dahulu ..
dalam hati ini ..
Subhanallah ..
Alangkah merdunya lantunan ayat-ayat yang dibacakan sang Ustadz membuat hati ini bergetar hebat ..
Ayat yang dibacanya bukanlah surat-surat pendek, yang biasa dibacakan oleh sebagian imam pada umumnya .. melainkan surat Thaha .. suaranya membuat para jamaah menikmati setiap bacaan maupun gerakan shalat yang dipimpin imam tersebut.
Ya Allah Yang Maha Rahman dan Rahhim, dalam hatinya berbisik.
Jangan jadikan hatiku batu yang mengeras Hingga lupa akan rahmatmu
Kemudian shalat tarawih dilaksanakan ..
Setelah al-fatihah selesai dibaca
Audzubillahiminsyaithoonirajiim
Bismillahirrohmaanirrohim
Alif Laaaam Miim
Allahu Laa ilaaha illa huwal hayyulqayyum
Nazzala ‘alaikal kitaaba bilhaqqi musoddiqollimaa bayna yadayhi wa anzalattaw roota wal injiiil ..
Allahu Akbar !! Mita bertakbir dalam hatinya
Yaa benar .. surat ali-imron !!
Dan ditengah bacaannya terdengar suara imam nya yang tersedu.. isak tangis sang imam begitu menyentuh hatinya.
Tak tahan air mata ini, kemudian ikut jatuh juga membasahi mukenah yang dikenakan Mita… karena begitu khusyuknya ia mendengar setiap lantunan ayatnya.
Untuk seorang Mita yang hanya shalat berjamaah di masjid tatkala bulan Ramadhan saja, baru kali ini dia mendengar imam yang menangis dalam shalatnya. Ia pikir hanya imam besar masjidil Haram saja yang menangis saat shalat
Subhanallah tak pernah saya shalat berjamaah dengan imam yang bacaannya membuat hati ini bergetar mendengar kalimat-kalimat Allah ..
Jadi teringat akan kisah sahabat rasulullah saw, bahwasannya
"Abu Bakar itu paling sering menangis saat shalat, karena membaca Al-Qur'an dan paham maknanya" dalam Islam, bisa menangis karena takut pada Allah itu karunia, karena mata yang seperti itu diharamkan dari api neraka saat dibacakan ayat-ayat Allah Ar-Rahmaan kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis (QS 19:58)

"Neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena takut kepada Allah.." (HR Ahmad)

Sahabat biasa menangis saat shalat atau saat dibacakan ayat ancaman, bahkan saat merindukan surga Allah, Masya Allah..

Kebahagiaan bagi orang yang bisa menguasai dirinya, menjadi
lapang rumahnya, dan dapat menangis oleh kesalahannya (HR Thabrani)

Bila tidak bisa menangis karena ayat-ayat Allah dan kemurahan Allah, tangisilah kesalahanmu, dan ketidakmampuanmu untuk menangis yang berarti hatimu telah mengeras.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung :)

Selasa, 01 Juli 2014

Saat Nyawa Tercerabut

Sahabatku,

Kehidupan manusia di dunia, tak ubahnya sebuah perjalanan yang pasti ada akhirnya. Dan tahukah sahabat apa yang akan menjadi akhir dari perjalanan kita di dunia ini – untuk selanjutnya memulai sebuah perjalanan baru  ke negeri yang masih asing? Itulah kematian. Kematianlah, akhir kisah hidup kita di dunia.

Lalu, adakah kita siap menjumpainya ketika malaikat pencabut nyawa sudah datang menjemput? Adakah kita siap ketika kain kafan akan membungkus tubuh kita? Adakah kita siap ketika tubuh kita akan diturunkan ke liang lahat? Ketika papan-papan menutup jasad, ketika gumpalan tanah menimbun, apakah kita siap? Ingatlah kita pasti mati. Kita pasti berpisah dengan ibu bapak kita. Merekakah yang akan berpulang lebih dulu? Ataukah malah kita yang mendahului mereka? Kita pasti berpisah dengan istri dan anak-anak. Betapapun kita teramat sayang kepada mereka, Allah pasti membuat kematian yang akan mengakhiri segalanya.

“Kullu nafsin dzaa iqatul maut,” [QS. Ali Imran (3) ; 19) demikian Allah Azza wa Jalla menegaskan. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati! Dan sakaratul maut itu sakit sekali, kambing saja yang tidak mempunyai dosa apapun, ketika disembelih, Allah memperlihatkan kepada kita, betapa sulitnya ia meregang nyawa. Ayam adalah mahluk Allah yang selalu bertasbih, dan karena itu ia bersih dari dosa. Tetapi, ketika disembelih betapa ia menggelepar-gelepar tanda teramat sakitnya melepas nyawa.
  
Sahabat,

Kita pun demikian halnya. Semakin busuk diri kita ketika hidup, mungkin saat-saat tercerabutnya nyawa dari badan akan merupakan saat-saat yang teramat pahit dan menderita. Tubuh ini laksana dibelit kawat berduri yang menghunjam ke setiap bagian otot, kemudian ditarik, sehingga tercabik-cabik dan tercerabut dari tulang.

Kita pasti akan meninggalkan segala yang apa kita cintai. Hanya kain kafan yang menemani. Mungkin saat-saat kita meninggal, orang-orang menangis, tapi mungkin juga sebaliknya, menertawakan. Jasad yang terbujur kaku pun dengan tanpa daya diusung orang menuju liang kubur. Ya, disanalah rumah terakhir kita. Tidak ada yang kita bawa. Kita akan dibaringkan menghadap kiblat. Kain kafan dibuka sedikit pada wajah kita agar menyentuh tanah. Papan-papan pun akan mempersempit ruang lahat. Kemudian, pelan-pelan tanah akan menutup dang menghimpit, hingga tak ada sedikit pun ruang yang tersisa. Mungkin yang akan menimbunkan tanah itu justru orang-orang yang paling kita cintai.

Semakin lama semakin gelap dan pekat. Kita tak lagi mempunyai teman, selain amal baik. Harta, pangkat, jabatan, yang mati-matian kita cari sampai tidak ingat shalat, tidak ingat shaum, tidak ingat zakat. Semuanya tidak ada yang mampu menolong kita. Bahkan mungkin tumpukan harta yang kita tinggalkan malah memperberat kita karena dipakai maksiat oleh anak dan keturunan kita.

Sahabat,

Saat itulah kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang pernah diperbuat di dunia. “Hai dungu,” demikian mungkin kita disergah. “Mengapa engkau begitu zhalim kepada dirimu sendiri? Kepalamu tidak pernah kau gunakan untuk bersujud. Yang melingkar-lingkar dalam otakmu hanya urusan dunia belaka. Padahal ternyata semua itu tidak bisa kau bawa. Tanganmu berlumur aniaya, sedang berderma menolong sesama tidak pernah ada. Matamu bergelimang maksiat, sedang Al-Qur’an tidak pernah kau singkap dan kau lihat. Di telingamu hanya berdenging musik sia-sia dan kata-kata penuh maksiat, sedang kebenaran tak sedikit pun kau simak meski sesaat. Kenapa keningmu hanya kau dongakkan penuh keangkuhan, tetapi tidak sekalipun kau letakkan di atas sajadah kepasrahan?”

Mungkin saat itulah kita melolong-lolong menjerit penuh penyesalan. Ketika itulah akan kita rasakan gemeretaknya tulang-belulang di sekujur tubuh hancur luluh dihimpit oleh kubur yang teramat benci kepada jasad yang sarat bergelimang dosa.

Sahabat,

Ketahuilah bahwa kematian itu pasti, dan siksa kubur pun pasti bagi orang yang tidak mempersiapkan diri.

(Sumber : Jurnal MQ Vol.I/No.1/Mei 2001)

Jadi inget lagunya NH Brothers

Email Dari Rasul


Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kantor yang kubawa pulang sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu ‘shut down’ setelah sebelumnya menutup semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. “You have 1 new message(s)...”. Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini ... Ooopss ... ini pasti main-main ... disitu tertulis 
“From: Muhammad Rasul Allah”
Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama ini sering sekali teman-teman yang ‘ngerjain’, tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah Saw. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-ku dan ... klik ...
“Salam sejahtera saudaraku, bagaimana khabar imanmu hari ini ...
Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini ...”
Aku tersentak ... degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat. Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari “Rasulullah” itu membuatku menahan nafas sementara otakku berputar mencari dan memilih kata untuk siap-siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat “Rasulullah” belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi.
“Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah. Masihkah kau mencintaiku hari ini?”
Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin deras air yang keluar dari sudut mataku.
“Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu, biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?”.
Kusorot ketengah halaman ....
“Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?.
Satu hentakkan pagedown lagi ...
“Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku ...”
Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua kesalahan dan dosa-dosaku.
Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, dari pada harus bermanis-manis mengumbar kata memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata.
Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga ... nit... nit... alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Tapi aku merasa berdosa telah bermimpi seperti ini. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada Allah atas kelancangan mimpiku. Wallahu ‘a’lam bishshowaab