bubles

Senin, 18 September 2017

zz



Menunggu yang tidak pasti itu sakit. Berharap kepada yang sedang berusaha mapan juga kelamaan. Nungguin yang hobby main kode-kodean itu juga membosankan secara kita orang yang ga peka. Yang penasaran mau main kerumah juga ngeselin. Nanyain alamat rumah mulu. Eh tetiba siswa sendiri yang naksir!! Gawat juga. Sampe ngajak Ta’aruf, manggil ukhty, umi, bahkan ngajak foto berdua. Ada juga yang berusaha buat ninggiin badan biar ga terlalu pendek pas dibandingin sm kita. Haduh siswa zaman sekarang pas tau gurunya sendiri masih gadis.

Sabtu, 26 Maret 2016

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada ..."
.
QS. An Nur: 30-31

Menarik ketika islam mengatur laki-laki dan perempuan dalam hidup bersosial.

Kontribusi oleh: coretanmuslim :)

Senin, 01 Februari 2016

Jadikanlah dirimu sangat berharga

Hati hati buat para akhawat sekalian yang suka memasang foto di sosmed terutama foto yg memasang full wajah dengan senyum yang menggoda dan dengan gaya yang sudah barang tentu menarik perhatian laki-laki..

Ada banyak hal dan alasan yang membuat para wanita memasang wajah cantiknya itu .
Tidak terkecuali saya (meskipun tidak cantik) hehe
Saya termasuk orang yang suka berselfie ria. Namun jarang menampilkan wajah di akun sosial media baik di facebook, twitter, bbm, instagram . Meskipun begitu, tidak ayal juga sesekali memasang foto asli namun tidak sendiri melainkan foto wefie.

Dalam kejahiliyahan terbesit niat untuk memasang foto asli ..
Pengalaman ini bisa dibilang membuat saya sedikit trauma ..
Ternyata mata-mata liar mulai merencanakan hatinya untuk melakukan apa yang ia mau ..
Hal yang tidak terpikirkan ..
Yaa .. ada yang menyimpan foto tersebut dan tangan mulai mengedit menjadi seakan akan seperti 'sepasang kekasih' yang lebih parah lagi tidak segan untuk mengekspos nya ke sosmed sehingga menimbulkan fitnah ..
Itu pengalaman pertama

Setelah sekian lama jarang menunjukkan wajah di sosmed kejahilan ini mulai lagi .
Foto sendiri namun menutupi setengah wajah saya..
Ternyata orang yang berbeda yang juga hobby melukis menyimpan foto tersebut dan Tanpa sepengetahuan saya pun dia melukis dan mengekspos ..
Bahkan pernah, melukis saya tanpa hijab ..
Saya menangkap bahwa si laki-laki tersebut menggunakan imajinasinya untuk membayangkan hal-hal blablabla
Nauzubillah tsumma nauzubillah ..

Pesannya ..
Wanita yang memasang foto narsisnya mungkin niatnya ingin mendapatkan perhatian dari seseorang dan adanya sifat ujub dari dalam hatinya ..

Alangkah baiknya jika ukhti cantik sekalian memasang foto bunga, hewan atau pemandangan yang mungkin bisa menyejukkan hati bagi para mata yang melihatnya
Hal tersebut bisa menimbulkan fitnah ..
Pengalaman diatas hanya sebagian kecil contohnya saja ..
Jangan sampai orang mendapatkan foto anda dengan sangat mudah sehingga bisa saja terjadi hal yang lebih parah dari itu ..
Jadikanlah dirimu sangat berharga yang hanya dilihat suamimu kelak. Wajahmu bukan untuk konsumsi umum..
Sekian ..

Kamis, 07 Januari 2016

KEUTAMAAN BERJALAN KE MASJID UNTUK SHALAT

Berjalan menuju masjid dengan niat shalat berjamaah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-ribath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).
Ar-ribath pada asalnya sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsir adalah berdiri untuk berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.
Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).

1. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (‘Aunul Ma’buud II/357)
Allaahu Akbar, demikian besarnya pahala orang yang baru keluar dari rumah untuk menunaikan shalat berjama’ah.

2. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)

3. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)

4. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih). Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,” Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:
“Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,’Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8) (dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268). Disamping itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan cahay (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani). Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka diberi balasan berupa cahaya yang menerangi mereka pada hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).

5. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang (darinya).
Diriwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).
Subhanallah walhamdulillah waallahu akbar!!!

Rabu, 07 Januari 2015

Menggenggam Langit-Mu

Aku mulai menyukai hobby ini . Aku mulai mencintainya . Kegilaan ini rasanya sudah mendarah daging . Olahraga ekstrim ini, kebersamaan ini, puncak ini, dingin yang menusuk ke tulang-tulang yang selalu aku rindukan seakan memanggilku untuk kembali dan harus kembali menikmatinya.
Sejengkal lagi tangan ini menggenggam Langit-Mu.
Mendaki itu tak semudah kelihatannya kawan ..
yang kalian lihat hanya ketika kami sudah berada di puncak dengan pemandangan indahnya.
kalian tidak melihat prosesnya .. semak belukar yang kami lalui, tanah berlumpur, hujan, badai, jurang di kanan kiri rela dihadapi untuk mencapai puncak .
begitu juga dengan hidup banyak proses yang panjang dan berbagai masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan untuk mencapai sukses..
hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan..
Think again
kami hanyalah penikmat alam.. ada rasa kepuasan tersendiri dalam batin ini ketika sudah mencapai puncak
Izinkan anakmu ini menjadi apa yang ku mau , Pa.

Selasa, 16 Desember 2014

Sebelum Membicarakan Jelek Saudaramu

Kadang kita membicarakan jelek orang lain (ghibah), padahal diri kita sendiri penuh kekurangan. Seharusnya kita pandai bercermin, melihat kekurangan sendiri.
Sebagian wanita yang berjilbab kecil, kadang berkomentar sinis pada ibu berjilbab syar’i, “Idih, jilbab gede ini, kayak teroris saja.
Sebagian kita lagi membicarakan kelakuan jelek tetangganya, “Itu loh tetangga kita, punya mobil baru lagi, benar-benar tak pernah puas dengan dunia.
Sebelum membicarakan jelek saudaramu, coba pikirkan hadits ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذْلَ- أَوْ الجَذْعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 592, riwayat yang shahih)
Maksud perkataan sahabat Abu Hurairah di atas adalah sama seperti pepatah dalam bahasa kita “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak”.
Artinya, aib orang lain sebenarnya kita tidak tahu seluruhnya. Selalu kita katakan mereka jelek, mereka sombong, mereka sok alim, dan cap jelek lainnya. Sedangkan aib kita, kita yang lebih tahu. Kalau aib orang lain kita hanya tahunya “kecil” makanya Abu Hurairah ungkapkan dengan istilah “kotoran kecil di mata”. Namun aib kita, kita yang lebih tahu akan “besarnya”, maka dipakai dalam hadits dengan kata “kayu besar”. Sebenarnya kita yang lebih tahu akan kekurangan kita yang begitu banyak.
So … coba terus introspeksi diri daripada terus membicarakan aib dan kekurangan saudara kita. Cobalah berusaha agar diri kita menjadi lebih baik.
Moga kita dapat hidayah.

Ungkapan hati di pagi penuh berkah di Darush Sholihin, 13 Muharram 1436 H
Oleh Al Faqir Ilallah: M. Abduh Tuasikal, MSc

Antara Toleransi Dan Kebersamaan



Sobat, saya yakin anda pernah jalan jalan bersama istri atau suami anda, atau barang kali kedua orang tua atau mungkin pula teman.
Tentu acara berjalan bersama akan terasa nyaman dan mengasyikkan bila ada sikap saling memahami dan toleransi
Sebagai contoh: di saat teman anda merasa mulas / sakit perut maka anda dituntut pengertian, yaitu dengan mengizinkannya pergi ke toilet. Anda membiarkannya menyelesaikan urusannya, tanpa anda mengganggunya
Kebersamaan atau toleransi bukan berarti anda turut serta masuk ke toilet, ikut ikutan jongkok di toilet karena anda ingin menunjukkan sikap solidaritas atau empati dengannya
Sobat, kira kira apa yang anda lakukan bila ada teman anda yang ingin toleransi atau empati kepada anda dengan cara turut serta masuk ke toilet bersama anda dan ikut ikutan jongkok bersama anda?
Gambaran ini adalah ilustrasi sederhana tentang toleransi beragama yang seharusnya dilakukan oleh ummat Islam kepada tetangga atau teman yang berbeda agama
Bila anda memiliki tetangga atau teman nasrani, maka biarkan ia merayakan hari besar mereka tanpa perlu anda mengusiknya, Namun tinggalkan segala kegiatan agamanya, karena menurut syariat islam, segala praktek ibadah mereka adalah menyimpang dari ajaran Islam alias bentuk kekufuran
Satu kesalahan besar bila anda turut serta merayakan atau meramaikan perayaan mereka. Sebagaimana salah besar bila anda turut serta masuk ke toilet bersama teman anda
Demikianlah salah satu pelajaran yang mungkin dapat kita petik dari ayat 8-9 surat Al Mumtahanah
[Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri]