Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan
karakter sampai saat ini masih menjadi pekerjaan rumah yang serius. Focus pembelajaran
di kelas selama ini terkooptasi pada orientasi penguasaan sains. Hasilnya,
banyak orang yang pintar tapi tidak memiliki integritas kepribadian dan moralitas.
Pintar tapi keblinger, cerdas tapi culas, dan berwawasan luas namun picik
hatinya.
Anda tentu tidak ingin menyaksikan alumni sekolah
anda menjadi orang yang awalnya sukses namun di tengah menjalani karirnya
tersangkut masalah korupsi, terbukti melakukan tindakan amoral, atau karirnya
berakhir tragis, dipecat dan masuk “hotel prodeo”. Anda juga tidak ingin
melihat mantan murid anda yang menjadi pejabat public yang potonya
diinjak-injak, wajahnya dicorat-coret atau digambar yang aneh-aneh bahkan posternya
dibakar di tengah kerumunan demonstran. Anda tentu menyadari bahwa sepak
terjang alumni sekolah anda akan memiliki pengaruh terhadap nama baik sekolah
anda.
Melihat itu semua, maka penguatan pembelajaran
karakter menjadi sangat penting. Masalahnya adalah bagaimana membentuk karakter
siswa? Bagaimana membentuk karakter siswa? Apalagi jika anda seorang guru SMA
maka anda sudah disibukkan dengan materi pelajaran anda boro-boro mikirin
pendidikan karakter. Sudah memang, namun harus tetap diupayakan, karena ini
menyangkut integritas seseorang.
Sejatinya, character building atau
pembangunan karakter sudah include dalam proses pendidikan, dalam semua
materi pembelajaran. Hanya saja seringkali kurang disadari oleh para guru. Pembelajaran
karakter itu tidak cukup hanya dengan menciptakan sendiri sebuah mata pelajaran,
seperti pelajaran pendidikan nilai. Pembelajaran yang berorientasi pada
karakter memerlukan contoh perilaku dari anda sebagai seorang guru, orangtua, kepala
sekolah, dan dari semua orang-orang dewasa. Apa yang dibutuhkan dalam
pembelajaran karakter bukan lagi dalam tataran kognitif, namun masuk dalam
wilayah efektif.
Pembelajaran karakter sejatinya akan efektif jika
dilakukan sejak usia dini karena kebersihan jiwanya masih terjaga. Model pembiasaan dan teladan dari anda sebagai
guru merupakan cara yang paling baik dalam pembentukan karakter. Keuletan,
kesabaran, kesederhanaan, dan toleransi merupakan karakter orisinal bangsa kita
yang sekarang semakin terkikis.
Banyaknya generasi muda yang menganggur dalam pola
hidup yang serba instan telah memberi gambaran pada kita bagaimana keuletan itu
telah lenyap. Di jalan-jalan kini, kita tidak lagi menemukan generasi muda yang
santun dan sabar dalam berkendaraan. Inginnya cepat dan tergesa-gesa, padahal
tidak ada masalah yang harus membuatnya tergesa-gesa. Perilaku konsumtif dan
hilangnya prinsip kegunaan atas suatu benda membuktikan bahwa kesederhanaan
sudah tidak ada lagi dan rentannya perilaku trimordial dan kedaerahan merupakan
bukti bahwa toleransi semakin menipis, bahkan ada kesan otonomi daerah seperti
keangkuhan daerah.
Tugas anda sebagai pendidik adalah merekonstruksi
ulang karakter siswa-siswa anda dalam pembelajaran di kelas. Anda tidak perlu
menyajikan secara kognitif, anda cukup memberinya teladan dan mensciptakan
kegiatan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai tersebut.